Senin, 12 Mei 2008
Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh,
Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin
Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri
Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa
Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih
Alhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor,Limpahan puji kehadirat Allah SWT, Maha Raja tunggal di alam semesta, tunggal dan abadi kekuasaan-Nya, tunggal dan abadi menguasai setiap ruh dan jiwa, tunggal dan abadi menciptakan setiap jasad hamba-hambanya, dan tiada satupun dari wajah hambanya yang sama dan serupa, Maha suci Allah SWT yang menjadikan alam semesta sebagai seruan bagi keturunan Adam, untuk mengenalkan dzat-Nya yang Maha luhur, untuk mengundang jiwa dan hamba-hambanya agar mengenal siapa yang menciptakan langit dan bumi, agar mereka mengetahui betapa indah dan agung-Nya Allah, mengundang ruh dan sanubari mereka untuk mencapai kebahagian yang kekal, hingga datanglah undangan-undangan Ilaahi dengan kebangkitan utusan Ilaahi yang paling dicintai Allah, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, pemimpin pembawa kemuliaan, pemimpin pembawa al-Quran, pembawa kebahagiaan, pembawa tuntunan-tuntunan suci, yang menuntun manusia dari kegelapan dosa dan kemurkaan Allah, menuju cahaya pengampunan dan kasih sayang Allah yang kekal, demikianlah kebangkitan sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih wa ‘ala alih. Sampailah kita di malam hari yang diberkahi Allah SWT ini, dengan membawa dosa-dosa dan kesalahan, dosa-dosa kita selalu mengikuti kita siang dan malam.
Maha Suci Allah SWT yang Maha Luhur, Maha Raja alam semesta, Maha menuntun hamba-hambanya dengan kedermawanan untuk melewati kehidupannya, maka beruntunglah hamba-hambanya yang menjawab seruan Allah, yang mau memahami perasaan Allah, yang mau berduaan dengan Allah didalam kesendirian, melewati satu dua menit dalam hari-harinya untuk berduaan bersama Robbul’alaimin, didalam keindahan sujudnya, mensucikan nama Allah SWT, melampiaskan keriinduannya kepada pencipta-Nya, kepada yang Maha berjasa kepadanya dan Maha berjasa kepada segenap makhluk hidup, Maha memiliki segenap kehidupan dan Maha berjasa kepada semua yang hidup di alam semesta, Dialah Allah, kenalilah nama-Nya, nama yang dikenal oleh seluruh sel tubuh kita, karena seluruh sel tubuh itu hidup dan kehidupannya berawal dari Allah Jalla wa’ala. Nama yang diagungkan oleh alam semesta, jangan kecualikan jiwa dan sanubari kita, alam semesta mengagungkan Robbul’alamin, alam semesta bergemuruh mensucikan nama Allah, jangan kecualikan diri dan jiwa kita, yang lepas dari mengagungkan Allah, dan ternyata ketika datang keinginan hamba untuk bertaubat dan memohon pengampunan, itu adalah salah satu hal yang sangat mengembirakan Allah.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Rahasia pengampunan Ilaahi, tiada akan berhenti terus mengundang para pendosa untuk dilimpahi maaf-Nya, hingga mereka hidup dan wafat dari beratus generasi dari sejak Adam hingga manusia yang terakhir di akhir zaman, sang Maha Memaafkan tiada pernah berhenti memaafkan, sang Maha Pemberi tiada pernah berhenti pemberiannya, sang Maha dermawan tiada pernah terputus kedemawanannya, Jalla wa’ala, yang tiada pernah bosan-bosannya melihat hambanya terus berdosa menentang-Nya dan terus menantikan taubat hambanya untuk kembali kepada Allah, kembalilah, kembalilah kepada yang melamarmu untuk dekat kepada-Nya, yang melamar kita untuk sampai kepada puncak keluhuran dalam kebahagiaan yang kekal, yang melamar kita adalah yang Maha memiliki kelembutan dan kasih sayang, melebihi seluruh kasih sayang di alam, kenalilah nama-Nya yang Maha Luhur, maka salah satu dari bentuk kenikmatan yang muncul dalam kehidupan kita adalah munculnya lambang rahmat Ilaahi sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, yang Allah jadkan beliau itu bulan purnama hamba-hambanya untuk mengenal keindahan Ilaahi, yang menjadi cermin keagungan Allah, yang menjadi cermin bagi kita untuk mengenal Allah, itulah sayyidina Muhammad sayyidina Muhammad sayyidina Muhammad, tidak akan ada orang mengenal keindahan Allah terkecuali mengenalnya dari tuntunan Muhammad Rasulullah, dan tiada akan ada orang sampai kepada puncak ma’rifat dan iman “illa bi Muhammadin shollallahu wa sallama wa barak’alaih” umatnya ini yang Allah jadikan bagaikan benteng yang saling menguatkan satu sama lain.
Sampailah kita pada hadits mulia dimalam ini riwayat Shohih Bukhori: “laa yadkhulul-jannata illa nafsun muslimah (tiada akan masuk ke surga terkecuali orang-orang yang muslim) wa innallaha layuayyidu hadzaddiin birrojulil-faajir” ini yang menjadi tanda tanya yang perlu kita perjelas, kalau kalimat yang pertama, “tidak akan masuk surga terkecuali orang muslim” jelas sudah tidak perlu penjelasan, surga adalah milik ahli “laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah” tapi bagaimana dengan ucapan sang Nabi; “innallaha layuayyidu hadzaddiin birrojulil-faajir” Allah menolong kebangkitan agama ini dengan orang-orang pendosa”, al-Imam ibnu Hajar al-Asgholani di dalam kitabnya fathul-baari bi syarah Shahih Bukhari, mensyarahkan makna hadits ini bahwa inilah kemuliaan pada muslimim muslimat walaupun pendosa, Allah tidak menyingkirkan mereka, terkecuali tetap merangkul mereka untuk turut berjasa menegakkan agama ini, walaupun mereka seorang yang banyak berdosa, bahkan ini bukan banyak berdosa, tapi faajir, orang yang selalu berbuat dosa,
Al-Imam ibnu Hajar al-Asgholani menukil riwayat didalam shahih bukhori; ketika saat seseorang berjihad dan Rasul berkata: huwa min ahlinnaar” orang itu ahli neraka, maka para shahabat memungkirinya, ya Rasulullah orang ini berjihad, Rasul berkata: innahu min ahlinnaar” ia wafat akan sampai ke dalam api neraka, dan ternyata benar, ketika ia melewati satu peperangan dan ia mendapatkan luka yang cukup parah, seraya membunuh dirinya sendiri, ia wafat dalam keadaan bunuh diri, sabda Rasulullah SAW, seraya bersabda: innallaha layuayyidu hadzaddiin birrojulil-faajir” Allah itu juga menegakkan agama ini dengan tumpukkan orang-orang yang faajir, dalam peperangan itu orang tadi berjasa, ia cukup hebat dalam membela Islam, walaupun ia wafat sebagai orang yang bunuh diri.
Al-Imam ibnu Hajar al-Asgholani memberi kejelasan dalam hadits ini, bagi kita untuk tidak meremehkan orang yang faajir, apalagi kalau seandainya sebagaimana al-Imam ibnu Hajar menukil; ketika kita melihat penguasa yang zholim, penguasa yang zholim kalau seandainya sampai kederajat yang faajir, tetap Allah SWT masih mengambilnya sebagai penegak agama,
demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, Allah memuliakan seorang muslim, ketika seorang pemimpin Islam maka tiadalah selayaknya rakyatnya untuk menghancurkannya, walaupun ia seorang yang zholim, akan tetapi kebangkitan Islam dan kemajuan Islam, bukan ditangan pemimpin yang zholim atau tidak zholim, tetapi pada rakyat yang bergerak didalam kemuliaan ataupun didalam kehancuran. Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, seorang pemimpin yang sholeh tidak akan mampu berbuat apa-apa ketika rakyatnya faajir dan sebaliknya jika rakyatnya mu’minin mu’minat sholihin sholihat, pemimpin yang faajir tidak akan bisa bebuat apa-apa berhadapan dengan kekuatan Robbul’alamin.
Demikian hadirin hadirot karena kekuatan Allah ma’al-jama’ah, yadullah ma’al-jama’ah wa innal-fatt gholab wa adzab” kekuatan muslimin bersama kekuatan Allah pada persatuan muslimin bukan pada perpecahan, dan perpecahan adalah gholab dan adzab, demikian sabda Nabiyyuna Muhammad SAW wa barak’alaih, Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah. Hadits ini membuka bagi kita pemahaman bahwa para pendosa yang banyak berbuat salahpun Allah SWT masih menggunakan jasanya untuk menegakkan Islam, disinilah kemuliaan muslimin muslimat, umat Nabi Muhammad SAW wa barak’alaih wa’ala alih.
Seindah-indah makhluknya Allah adalah Nabi kita Muhammad, yang dengan mengikuti tuntunan beliau sampailah kita pada kesejateraan dunia dan akhirat, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori Rasul SAW bersabda: “tidak dihalalkan bagi seorang muslim untuk bermusuhan dengan saudaranya melebihi tiga malam” sehingga “wayu’ridhu hadza wa yu’ridhu hadza”, sehingga yang ini berpaling dari saudaranya, saudara berpaling darinya, “inna min khoirihim man yabda,u bissalam” dan yang paling baik diantara keduanya yang saling berselisih adalah yang paling pertama mengucapkan salam kepada yang berselisih padanya” ketika dua orang berselisih dan bermusuhan, Rasul berkata; tidak halal baginya melebihi tiga malam, lewat dari tiga malam ia telah sampai kepada hal yang haram dari permusuhannya, dan permusuhannya bukan lagi kepada saudaranya, tetapi ia telah sampai kepada hal yang dimurkai Allah, dan yang terbaik diantara mereka adalah yang pertama kali mengucapkan salam, bukan yang salah atau yang tidak salah, tapi yang paling baik diantaranya adalah yang pertama kali memulai untuk keinginan kembali berdamai, demikian hadirin hadirot, warisi pada dirimu, warisi pada hari-hari kita, wasiat-wasiat Nabi kita Muhammad SAW shollallah wasallama wa barak ‘alaih.
jadikan jiwa kita terbuka bagi saudara-saudara kita yang kita cintai dan yang kita tidak menyukainya, ia telah berbuat salah padaku menyinggung perasaanku, tidak berat bagimu untuk memaafkannya, ingatlah semakin seeseorang banyak memaafkan saudaranya, melupakan kesalahan saudaranya, semakin cepat Allah melupakan kesalahannya, ketika seseorang berat melupakan kesalahan saudaranya, hati-hati barangkali Allah berat pula melupakan kesalahannya.