Showing posts with label tasawuf. Show all posts
Showing posts with label tasawuf. Show all posts

CARA MENCARI REZEKI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI


“Sungguh, engkau dianggap sebagai orang yang celaka jika tidak merasa malu kepada Allah Subhanahu wata’ala, jika engkau menjadikan dinar sebagai tuhanmu dan menjadikan dirham sebagai tujuanmu, sedangkan engkau melupakan-Nya sama sekali! Sungguh, takdirmu telah dekat!
Maka, jadikanlah kedai-kedai yang kau miliki dan semua harta benda untuk keluargamu adalah semata-mata karena perintah syariat, namun hatimu harus tetap kokoh bertawakal kepada Allah.
Carilah rezekimu dan rezeki keluargamu hanya dari Allah SWT, bukan dari harta benda dan perniagaanmu. Dengan demikian rezekimu akan mengalir, begitu pula rezeki keluargamu. Kemudian, Allah juga akan memberimu karunia, kedekatan dan kelembutan-Nya dalam kalbumu. Dia akan mencukupi keperluan keluargamu dan keperluanmu melalui dirimu sendiri!
Allah juga akan mencukupi keluargamu dengan apa yang Dia kehendaki dan sebagaimana yang Dia kehendaki. Akan dikatakan kepada kalbumu, “Ini adalah untukmu dan keluargamu!” Namun, bagaimana mungkin engkau bisa menerima perkataan seperti itu jika seumur hidupmu bersikap musyrik?
Engkau tidak pernah merasa kenyang dengan dunia dan terus menerus mengumpulkan harta. Allah SWT menutup pintu kalbumu dan segala sesuatu tak akan bisa masuk ke dalamnya.. Dia hanya menurunkan peringatan dalam kalbumu. Maka, bertobatlah dari amal-amal burukmu dengan sebenar tobat.
Hendaknya engkau menyesali rusaknya perjalanan hidupmu dan akhlakmu yang buruk, dan hendaklah engkau menangisi setiap perkara yang telah terjadi pada dirimu.
Lalu, bantulah orang-orang fakir dengan hartamu dan janganlah bersikap bakhil, sebab tak lama lagi engkau akan berpisah dengan hartamu. Ketahuilah, seorang Mukmin yang meyakini adanya pergantian di dunia dan akhirat, tentu dia tidak akan berlaku kikir/bakhil di dunia ini.”
-- Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani wal-Faidh Ar-Rahman

Copy paste fb tasawuf underground

Kadarmu

| Berkata Rasulullah saw kepada sebahagian
Sahabat Baginda:
"Beramallah untuk duniamu menurut
kadar hidupmu padanya, dan beramallah
untuk akhiratmu menurut kadar kekalmu
di dalamnya, dan beramallah kepada
Allah menurut kadar hajatmu terhadapNya,
dan beramallah berhadapan dengan neraka
menurut kadar tahanmu menanggung
azabnya."
[ Risalah Al Ghazali ]

Copypaste kerabat sufi

MENUTUPI AIB

Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh
aibnya sendiri daripada sibuk dengan aib-aib
orang lain. Beruntunglah orang yang tidak
mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak
mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup,
tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada,
tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah
menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan
dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya
tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak
pernah bertanya tentang dirinya.
Maka hendaklah seseorang di antara kalian
menjauhkan diri dari aib orang lain yang
diketahuinya kerana dia mengetahui aib dirinya
sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri
dengan bersyukur kerana kesihatan yang diberikan
Allah kepadanya, sementara orang lain
mendapatkan cubaan dengannya (ditimpa
penyakit).
Maka bagaimana seorang pencela, iaitu yang
mencela saudaranya dan mencemuh dengan
musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah
dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi
dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar
daripada dosa saudaranya yang dicela itu?
Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang
kerana dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah
diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman
akan dirimu kerana suatu dosa kecil. Sebab,
barangkali engkau akan diazab kerana dosa
kecilmu itu.
Source.fb kerabat sufi

JIKA KAU KECEWA, BERARTI TAK PAHAM

"Hal yang membuatmu kecewa ketika tidak diberi adalah karena engkau tak memahami hikmah Allah di dalamnya."
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa jika kau masih merasa kecewa dan sedih karena tidak diberi oleh-Nya, itu bertanda kau tidak memahami hikmah di balik pemberian Allah.
Seandainya Allah memberimu pemahaman, niscaya kau akan menikmati keadaanmu itu. Jika kau paham mengapa kau tidak diberi, tentu kau akan sadar bahwa dengan penolakan-Nya itu, Dia ingin membimbingmu menuju pintu-Nya dan membuatmu bergantung kepada-Nya sehingga kau menjadi salah seorang yang dicintai-Nya.
Jika Allah mencintai seorang hba, Dia akan melindunginya dari perkara-perkara duniawi. Kau juga akan memahi bahwa Allah mendorongmu untuk menempuh jalan para Muqarrabiin.
Syekh Fudhail pernah berdoa: "Ya Rabb, Engkau buat aku dan keluargaku lapar. Engkau buat aku dan keluargaku telanjang, tak memiliki pakaian. Engkau lakukan ini hanya untuk hamba-hamba-Mu yang khusus. Lalu, dengan cara apa lagi aku memohon kebaikan ini dari-Mu?"
Jika kau paham mengapa kau tidak diberi, tentu kau sadar bahwa dunia ini fana dan kenikmatannya akan sirna sehingga kau keluar dari sana dengan membawa bekalmu untuk akhirat kelak. Jika kau paham mengapa kau tidak diberi, tentu kau akan menyadari bahwa penolakan Allah itu adalah karunia dari-Nya.
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam, syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi

GUNAKAN WAKTU SEBAIK-BAIKNYA

“Penundaanmu untuk beramal karena menanti waktu senggang adalah timbul dari hati yang bodoh."
---Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Al-Hikam
Sahabatku, sifat hamba yang dungu adalah orang yang suka mempermainkan waktu dan bermain-main dengan waktu, baik secara sadar ataupun tanpa disadarinya. Biasanya kita selalu menunda amal baik atau menomor-duakannya sehingga amal ibadahnya tertunda karena waktu yang sempit. Kita sering menghabiskan waktu untuk kepentingan yang tak bermutu, mubazir, terlalu santai sehingga waktu untuk kepentingan yang lebih mulia pun tertinggal.
Orang yang beramal dengan menanti-nanti waktu senggang sama halnya dengan orang yang dipermainkan oleh waktu.
Waktu berjalan terus, sedangkan waktu luang belum tentu dijumpainya lagi sehingga amal baik pun selalu tertunda dan tertunda. Waktu itu seperti pedang, jika ia tak digunakan dengan baik ia akan memotongmu!

PRINSIP DASAR LAKU BATIN

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Hasan Al-Qazzaz pernah mengatakan bahwa laku batin dibangun di atas tiga prinsip: tidak makan kecuali lapar, tidak tidur kecuali saat mengantuk, dan tidak berbicara kecuali saat diperlukan.
Ibrahim bin Adham menjelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai derajat orang-orang shaleh sampai dia melewati enam hal: Pertama, menutup pintu nikmat dan membuka pintu kesukaran. Kedua, membuka pintu kemuliaan dan menutup pintu kehinaan. Ketiga, menutup pintu istirahat dan membuka pintu kerja keras. Keempat, menutup pintu tidur dan membuka pintu begadang. Kelima, menutup pintu kekayaan dan membuka pintu kemiskinan. Keenam, menutup pintu harap dan membuka pintu persiapan menyambut kematian.
---Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah Lithalib Thariq Al-Haqq