MENUTUPI AIB

Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh
aibnya sendiri daripada sibuk dengan aib-aib
orang lain. Beruntunglah orang yang tidak
mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak
mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup,
tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada,
tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah
menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan
dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya
tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak
pernah bertanya tentang dirinya.
Maka hendaklah seseorang di antara kalian
menjauhkan diri dari aib orang lain yang
diketahuinya kerana dia mengetahui aib dirinya
sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri
dengan bersyukur kerana kesihatan yang diberikan
Allah kepadanya, sementara orang lain
mendapatkan cubaan dengannya (ditimpa
penyakit).
Maka bagaimana seorang pencela, iaitu yang
mencela saudaranya dan mencemuh dengan
musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah
dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi
dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar
daripada dosa saudaranya yang dicela itu?
Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang
kerana dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah
diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman
akan dirimu kerana suatu dosa kecil. Sebab,
barangkali engkau akan diazab kerana dosa
kecilmu itu.
Source.fb kerabat sufi

DUNIA DAN PENCINTANYA

Alkisah. Ada seorang anak laki-laki berkata kepada bapaknya: "Ayah, saya ingin menikahi seorang gadis yang pernah saya lihat, dan saya suka kecantikan dan pesona matanya".
Bapaknya dengan suka cita dan bahagia bertanya : "Tinggal dimana gadis itu wahai anakku? Biar nanti bapak yang melamarnya untukmu".
Pergilah keduanya menemui gadis tersebut. Ketika si bapak melihat gadis itu, ia pun tertarik, dan berkata kepada anaknya:
"Dengarlah anakku . . gadis ini bukan sepadanmu, kamu tidak cocok dengannya. Gadis ini sesuai dengan lelaki yang memiliki pengalaman hidup seperti aku"
Terkejutlah si anak mendengar kata-kata bapaknya, dan berkata: "Tidak! Saya yang nak menikahinya, bukan bapak!"
Keduanya pun ribut, dan memutuskan pergi ke pejabat polis untuk menyelesaikan masalah
Keduanya menceritakan permasalahannya kepada seorang petugas polis. Lalu, polis itu berkata: "Hadirkan gadis itu kesini, agar aku dapat bertanya kepadanya siapa yang akan ia inginkan: si anak atau bapaknya".
Ketika petugas polis melihat gadis itu, dia pun tertarik dengan sikap ramah dan pesonanya.
Lalu polis itu berkata: "Gadis ini tidak cocok untuk kalian berdua, dia cocok untuk orang terkemuka di negeri ini, yaitu aku!
Ketiganya pun ribut. Lalu mereka pergi menghadap menteri.
Dan ketika menteri melihat gadis itu, ia berkata: "Gadis ini tidak ada yang sesuai untuk menikahinya, kecuali seorang menteri seperti aku!
Kekecohan terjadi lagi. Akhirnya sampailah mereka menghadap presiden
Presiden berkata: "Aku akan memutuskan masalah kalian . . Hadirkan gadis itu ke sini!
Ketika presiden melihat gadis itu, ia berkata: "Tidak ada yang sepadan untuk menikahinya, kecuali seorang presiden seperti aku!"
Terjadilah perdebatan antara mereka...
Lalu gadis itu berkata;
"Aku ada satu penyelesaian!! Kita adakan perlumbaan. Aku akan berlari, dan kalian semua berlari di belakangku, siapa yang dapat mengikatku pertama kali, Aku menjadi miliknya maka dialah yang menikahiku".
Dan benarlah, ketika gadis itu berlari, kelima laki-laki: anak, bapak, polis, menteri dan presiden, berlari mengejar gadis tersebut dari belakang.
Namun tiba-tiba kelimanya jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam.
Kemudian, sambil melihat mereka dari atas, gadis itu berkata:
"Apakah kalian tahu siapa aku? Aku adalah dunia!!
Aku adalah sesuatu yg dikejar dan diperebutkan oleh semua orang, mereka berlumba untuk mendapatkan aku, hingga mereka lalai terhadap agama mereka.
Mereka bersenang-senang untuk mengejarku, sampai akhirnya masuk ke liang kubur, namun mereka tidak memenangkan atas diriku".
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami. Amiin
[ Ust Iqbal ]
Cp.dr kerabat sufi

JIKA KAU KECEWA, BERARTI TAK PAHAM

"Hal yang membuatmu kecewa ketika tidak diberi adalah karena engkau tak memahami hikmah Allah di dalamnya."
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam
Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa jika kau masih merasa kecewa dan sedih karena tidak diberi oleh-Nya, itu bertanda kau tidak memahami hikmah di balik pemberian Allah.
Seandainya Allah memberimu pemahaman, niscaya kau akan menikmati keadaanmu itu. Jika kau paham mengapa kau tidak diberi, tentu kau akan sadar bahwa dengan penolakan-Nya itu, Dia ingin membimbingmu menuju pintu-Nya dan membuatmu bergantung kepada-Nya sehingga kau menjadi salah seorang yang dicintai-Nya.
Jika Allah mencintai seorang hba, Dia akan melindunginya dari perkara-perkara duniawi. Kau juga akan memahi bahwa Allah mendorongmu untuk menempuh jalan para Muqarrabiin.
Syekh Fudhail pernah berdoa: "Ya Rabb, Engkau buat aku dan keluargaku lapar. Engkau buat aku dan keluargaku telanjang, tak memiliki pakaian. Engkau lakukan ini hanya untuk hamba-hamba-Mu yang khusus. Lalu, dengan cara apa lagi aku memohon kebaikan ini dari-Mu?"
Jika kau paham mengapa kau tidak diberi, tentu kau sadar bahwa dunia ini fana dan kenikmatannya akan sirna sehingga kau keluar dari sana dengan membawa bekalmu untuk akhirat kelak. Jika kau paham mengapa kau tidak diberi, tentu kau akan menyadari bahwa penolakan Allah itu adalah karunia dari-Nya.
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam, syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi

DOA PENERANG JIWA SYEKH IBNU ATHA’ILLAH

“Ya Allah, Engkaulah yang menerbitkan cahaya di dalam hati para wali-Mu sehingga mereka mengenal-Mu dan mentauhidkan-Mu. Engkau pula yang menghilangkan kotoran dunia dari hati para pecinta-Mu sehingga mereka tidak suka kepada selain-Mu dan tidak bersandar kepada selain-Mu. Engkaulah yang menggembirakan hati mereka ketika mereka merasa jemu dari semua makhluk-Mu. Engkau pula yang memberi hidayah kepada mereka sehingga bagi mereka teranglah tanda-tanda jalan kebenaran.
Ya Rabb, apa gerangan yang didapat oleh orang yang kehilangan Engkau, dan apa yang dirasa kurang oleh orang yang telah mendapatkan Engkau? Sungguh kecewa orang yang puas dengan sesuatu selain-Mu. Sungguh rugi orang yang ingin berpindah dari sisi-Mu.
Ya Rabb, bagaimana akan diharapkan sesuatu selain Engkau, padahal Engkau tidak pernah berhenti memberi kebaikan. Bagaimana pula akan diminta kepada selain Engkau, sedangkan Engkau tidak pernah mengubah kebiasaan-Mu memberi karunia dan rahmat.
Wahai Engkau yang memberi rasa manisnya rahmat dan keramahan kepada kekasih-kekasih-Nya sehingga mereka selalu tegak berdiri di depan-Nya dalam suka cita. Wahai Engkau yang memakaikan pada para wali-Nya pakaian kehebatan sehingga mereka menjadi mulia dengan kemuliaan-Nya.
Ya Allah, dekatkanlah aku kepada-Mu dengan rahmat-Mu supaya aku segera sampai kepada-Mu. Tariklah aku dengan karunia-Mu sehingga aku menghadap kepada diri-Mu semata.”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi

DUNIA ADALAH PENJARA BAGI SEORANG MUKMIN

Diriwayatkan bahwa beberapa sufi melihat surga dan neraka ketika mereka mengalami keadaan ekstase. Ketika kembali sadar, wajah mereka menunjukkan apa yang telah mereka saksikan; sarat dengan tanda-tanda kebahagiaan dan ketakutan yang sangat.
Namun, visi atau penglihatan ke dunia gaib tak lagi dibutuhkan bagi orang-orang yang berpikir. Bagi yang selalu menyibukkan dirinya memuaskan hawa nafsu duniawi, saat kematian menghentikan seluruh perangkat inderwinya dan ketika segalanya musnah kecuali dirinya, ia akan menderita karena harus berpisah dengan segala bentuk keduniaan yang begitu dekat dengannya selama ini, seperti istri, anak, kekayaan, tanah, budak, dan sebagainya.
Sebaliknya, orang yang telah menghindari keduniaan dan menguatkan cintanya kepada Allah, niscaya akan menyambut kematian sebagai pelepasan dari kericuhan hidup duniawi untuk bergabung dengan Dia yang dicintainya.
Maka, benarlah yang pernah disabdakan Rasulullah SAW, "Kematian adalah jembatan yang menyatukan sahabat dengan sahabat." Rasul juga bersabda, "Dunia ini surga bagi orang kafir, dan penjara bagi orang Mukmin."
---Imam Al-Ghazali dalam kitab Kimiya As-Sa'adah

Tasawuf Underground